Macam-Macam Majas




Sebelum masuk ke berbagai macam majas. Aku akan mengajakmu menebak majas apakah yang aku gunakan dalam penggalan puisi "Hingga Usai Usia"

Hingga Usai Usia
oleh: Savitri dwi m

Usia tak akan tau sampai mana
Usia bukan sesuatu yang dapat ditebak berapa lamanya
Usia muda bukan jaminan masa hidupnya lebih lama
Usia renta pun tidak mesti juga waktunya sudah tidak lama

Nah, ada yang bisa tebak penggalan puisi di atas menggunakan majas apa?


Sesudah menebak majas apa yang aku gunakan dalam penggalan puisi"Hingga Usai Usia". Aku akan mencoba untuk sedikit menjelaskan macam-macam majas.

1. Majas Hiperbola
Majas ini adalah majas yang terlalu melebih-lebihkan sesuatu. Apa sih contohnya? Misalnya: Ayahku kerja keras membanting tulang

Tau gak sih maksudnya apa? Iya si ayah kerja keras banget tuh tapi kan gak sampai banting tulang?

2. Majas Personifikasi
Majas ini adalah majas yang membuat benda mati seolah-olah hidup. Misalnya:Ombak itu melambai kepadaku. Ayo, kayak manusia kan?

3. Majas Paradoks
Majas ini adalah majas yang menggambarkan keadaan yang berlawanan. Misalnya: Aku kesepian di tengah keramaian

4. Majas Paralalisme
Majas ini adalah majas yang berulang. Eits tapi majas ini ada dua macam loh.
-Anafora:Berulang di awal
-Epifora:Berulang di akhir

5. Majas Litotes
Litotes kebalikan dari hiperbola yang terlalu melebih-lebihkan majas ini justru terlalu merendah loh.
Misalnya: Nikmatilah hidangan seadanya, padahal yang disajikan jelas-jelas sangat lengkap

Ada bonus nih, sedikit pembahasan tentang makna kata.
1. Generalisasi: Makna yang sekarang dianggap lebih luas dari makna sebenarnya. Apa sih contohnya? Misalnya: Bapak, Ibu.
2. Spesialisasi: Makna yang sekarang dianggap lebih sempit dari makna sebenarnya. Misal: Sarjana
3. Peyorasi: Makna yang sekarang dianggap lebih buruk dari makna sebenarnya. Misal: Bunting.
4. Ameliorasi: Makna yang sekarang dianggap lebih baik dari makna sebenarnya. Misal:Tunarungu(tuli), tunanetra(buta), dan tunawisma(gelandangan)
5. Asosiasi: Persamaan sifat. Misal: Larinya lambat seperti kura-kura, lehernya panjang seperti jerapah
6. Sinestesia: Pertukaran dua indra. Misalnya: Pidatonya hambar(seharusnya hambar ditujukan untuk indra perasa yaitu lidah sedangkan konteks di sini untuk indra pendengaran)



Catatan: puisi di awal yang saya buat menggunakan majas paralelisme di mana jenisnya adalah anafora karena pengulangan berada di awal.


See you next time,

Fighting!!













Comments

Popular posts from this blog

Misteri Jatuh Hati

Ruang Asa

Perempuan Tak Perlu Menempuh Pendidikan?